Cintaku Membunuhku

CINTAKU MEMBUNUHKU

Pagi itu sangat jelas kurasakan dingin@ yang menusuk daging2ku. Aku mencoba untuk mempertahankan suhu tubuhku dari kedinginan dengan makan sepotong roti, karena berbekal pengetahuan yang kuperoleh di waktu SMA, makan dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga itu membantu tubuhku untuk menghasilkan panas.
Aku mencoba keluar menuju teras lantai dua rumahku, untuk menghirup oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh2an hijau serta melakukan beberapa gerakan untuk merenggangkan otot2ku… dari situ kulihat seorang gadis yang mempunyai paras ayu lari menuju jalan raya yang diikuti oleh beberapa orang anak yang memiliki umur jauh berbeda dengan@. Aku tidak tau apakah mereka adik2@... Yang jelas kulihat mereka begitu akrab.
Beberapa menit kemudian, tanteku menyapaku yang lagi siap2 untuk berangkat ke kampus. Aku membalas sapaan@ dengan senyuman dan sekalian pamit sama beliau.
Hari itu merupakan hari pertama aku kuliah setelah aku menghabiskan waktu liburanku bersama keluarga di kampung. Jam menunjukkan pukul 7.30 Wib, aku mengendarai sepeda motorku menuju ke suatu kampus yang berada di ujung kota. Di sana aku menghabiskan waktuku untuk berbagai aktivitas. Baik belajar, bermain, dan bersenda gurau dengan teman2 kampusku. Wajah senang menghiasi wajahku yang penuh noda bekas jerawat karena aku akan kembali dapat melihat seorang gadis yang slama ini ada dihatiku. Dia adalah sosok yang membuatku betah untuk berlama-lama di kampus. Aku menyukai@ beberapa semester yang lalu. itu berawal ketika keingintahuanku tentang diri@ bertambah. Aku tidak tau apa yang membuatku begitu menyukai@ padahal dia tidak begitu cantik hanya saja memiliki senyum yang manis. Mungkin itu yang membuatku menyukai@.
Tetapi sungguh tragis nasibku, aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku pada@. Ini seperti hal@ yang menimpaku empat tahun yang lalu. Aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku pada wanita yang pertama kali@ menghadirkan cinta di hatiku hingga kini dia menjadi milik orang lain seutuh@. Mungkin memang benar kalau cinta memang tak harus memiliki. Tapi biarpun seperti itu, aku senang karena bisa mencintainya tanpa mengharapkan@ untuk mencintaiku.
Nama@ Aisyah, gadis lugu yang datang dari salah satu kelurahan dikota tempat aku menuntut ilmu. Dia memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang melebihi diriku. Kehilangan orang yang membiayai hidup@ bukan berarti dia kehilangan semangat dalam hidup. Dia berusaha untuk slalu tegar walaupun diri@ bagaikan perahu tanpa kemudi. Mengapa tidak, dia kehilangan ayah@ disaat ia memerlukan seseorang untuk membimbing@ menelusuri kehidupan yang tidak menentu arah@ ini.
Sore itu aku kembali melangkah untuk pulang. Di perempatan jalan kulihat pemandangan kota yang begitu memilukan, seorang ibu dengan anak dipangkuannya menelusuri jendela2 mobil mewah, dia menyodorkan tangannya sambil berkata “ beri kami uang pak…!!! Kami belum makan sesuap nasi”. Melihat raut wajahnya, tergugah hatiku untuk memberinya uang seadanya walau di depanku terpampang himbauan pemda untuk tidak memberikan uang pada orang-orang seperti mereka. Tak terasa lampu hijaupun menyala, suasana berubah seperti di garis start arena balap dimana orang berlomba-lomba menarik gas sepeda motor untuk menjadi yang terdepan.
Tanpa kusadari sepenuhnya, akhirnya aku tiba di sebuah toko berlantai dua di kawasan lamlagang, neusu jaya. Di mana slama ini toko itu menjadi tempat bagiku melindungi diriku dari dinginnya malam dan teriknya matahari serta derasnya hujan. Aku bangga bisa menempati sebuah toko,karena dari lantai dua aku bisa melihat pemandangan yang begitu indah baik pagi maupun sore hari. Bahkan tak jarang pemandangan malam yang indah pun dapat ku nikmati dari situ.
Akan tetapi terkadang tempat itu juga membuatku sedih, suasana sore yang selalu dijadikan@ senjata andalan untuk mengingatkanku pada kampung halamanku. Aku selalu menangis jika teringat keluargaku yang bekerja keras demi melanjutkan kuliahku.
Tak terasa haripun mulai gelap. Ku beranjak dari kediamanku menuju ke suatu tempat. Tempat dimana aku hampir slalu menghabiskan waktuku untuk berdiam diri disana dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Itu kulakukan seperti apa yang dinasehatkan oleh kedua orang tuaku. Mereka mengingatkanku agar tidak menjauhi Yang Maha Kuasa disaat aku jauh dari mereka.
Sekian lama@ aku disana hingga tiba saat@ bagiku untuk pulang ke rumah. Di perjalanan aku menemui segerombolan anak-anak seusiaku yang sedang menggoda seorang gadis. Mereka menarik-narik mukena yang dipakai gadis tersebut. Karena tak tahan melihat perlakuan mereka akhir@ aku menghampiri mereka. Dengan sekejap akupun tiba ditengah-tengah mereka. Tanpa mencari tahu motiv mereka,aku menasehati mereka laksana seorang khatib yang sedang memberi nasehat pada jama’ah@. Melihat perlakuanku, salah satu dari mereka menghampiriku dan menyodorkan segepal tangan kearah mukaku. Berbekal teknik bela diri yang kupelajari disaat aku berada di kampung halamanku, akupun mengelak pukulan tersebut sambil menetralkan gerakan@. Melihat teman@ jatuh, merekapun bertindak secara brutal. Hingga terjadi pertengkaran yang begitu dahsyat. Sekejap wargapun berdatangan, mereka mengambil alih keadaan. Akhir@ aku dibawa ke kantor lurah untuk dimintai keterangan. Aku menjelaskan apa ada@ dan akhir@ akupun dibebaskan berkat pembelaan dari seorang kakek yang melihat kejadian itu. Malam ini merupakan malam terburuk yang pernah ku alami. Dengan keadaan tubuh yang kesakitan menahan serangan anak-anak nakal itu, akupun pulang ke rumah.
Fajar mulai tampak. Akupun bangun dari tidurku dan menjadi tamu pertama bagi kamar mandi. Rasa pegel-pegel menemaniku wudhu hingga aku selesai sholat. Untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuhku, akupun bersiap-siap untuk lari pagi. Rasa kaget menghampiriku. Didepan rumahku berdiri seorang gadis sambil menyapaku “ hai...makasih ya atas bantuan@ semalam”. Tak tau harus kujawab apa karena pikiranku memutar balik. Ingin rasa@ ia mengingat sesuatu padaku. Sesuatu yang telah pernah aku lihat. Ternyata pikiranku mengingatkanku pada gadis yang kulihat lewat lantai dua rumahku. Gadis itu adalah dia. Tanpa membuang waktu banyak akupun membalas sapaan@ “sama-sama. Oia, kok kamu tau ini rumahku?”. “ya taulah... orang aku sering liat kamu disini...” begitulah jawabanya. Akhirnya aku dan dia ngobrol sambil lari pagi bersama-sama. Enggak tau kenapa rasa@ kami udah saling kenal begitu lama padahal baru tadi pagi kami saling kenal. Oia, aku lupa mengenalinya ke kamu. Nama@ safra. Dia sekolah di salah satu SMA terbaik kota Banda Aceh.
Hari demi hari telah kami lalui. Mulai dari jalan bareng, makan bareng ampe saling telfon2an. Hingga perasaan itu menghampiriku. Perasaan seorang pria terhadap wanita. Aku bingung kenapa aku bisa melupakan perasaan cintaku pada Aisyah. Padahal aku begitu menyukai Aisyah. Apa karena cintaku bertepuk sebelah tangan? Aku tak tau, mungkin itulah cinta. Yang mudah pergi dan mudah juga datang.
Akhirnya kuputuskan malam tahun baru nanti sebagai malam aku mengungkapkan isi hatiku pada Safra. Segala persiapan telah kubuat. Mulai dari kado tahun baru hingga selembar surat isi hatiku pada@. Rasa takut untuk ditolakpun menghampiriku hingga itu membuat pendirianku goyang. Aku tak tau harus bagaimana. Hingga aku putuskan untuk berbagi cerita dengan temanku. Temanku tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku ini. Mengapa tidak? Karena baru kali ini dia tau kalo aku juga bisa jatuh cinta. Mungkin inilah kekuranganku tidak sanggup berbagi cerita dengan teman2ku hingga mereka negative thinking terhadapku. Setelah puas menertawaiku, mereka menyatakan mendukung langkah yang ku ambil ini. Akhir@ dukungan itu membuatku tambah semangat.
Malam itupun tiba, aku pergi untuk menjemput@. Mungkin ini salahku, karena aku tidak memberi tahu@ kalo aku akan menjemput@ malam ini. Ternyata dia telah pergi. Aku tidak tau dia pergi bersama siapa yang jelas kata ibu@ dia pergi bersama teman. Ingin rasa@ aku menanyakan “dia pergi sama teman cewek apa teman cowok?” pada ibu@. Namun aku tak berani menanyakan hal itu. Akhir@ kuputuskan untuk kembali ke rumah.
Di jalan rasa menyesal menghampiriku. Aku menyesal karena tidak memberi tahu@ terlebih dahulu kalo aku akan menjemput@. Perasaan meyesal itu mengganggu pikiranku hingga tak kusadari keretaku berada dijalur yang salah. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mewah menghantam keretaku hingga aku tejatuh. Wajahku bersimbah darah, tubuhku terasa remuk. Ingin rasa@ aku menjerit namun aku tak berdaya. Seorang gadis mendekati aku seraya minta tolong. Begitu jelas kudengar suara@ yang indah hingga aku ingin melihat wajah@. Kucoba untuk membuka mata perlahan-lahan. Ternyata dia adalah safra. Gadis yang ingin kujadikan pacar. Detik terakhir kulalui bersama@. Dari situ ingin rasa@ aku mengungkapkan isi hatiku pada@ namun apalah daya nyawaku tidak terselamatkan. Rasa duka menghampiri keluargaku di kampung.
Ingin rasa@ aku bangkit, namun itu terasa sulit. rasa@ ada sesuatu yang menghimpitku. Hingga aku berteriak...
Suasana berubah seketika. Ternyata jeritanku membuat teman2ku yang lain terbangun dari tidur mereka. Lafadz memohon ampun kepada Allah terus kuucapkan hingga aku benar2 tenang. Aku tak tau mengapa mimpi seperti itu menghampiriku. Mudah2an tidak ada mimpi yang seperti itu lagi...Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Demi perbaikan kearah yang lebih baik, saya mengharapkan kritik dan sarannya.
Terima kasih

Keindahan Panorama Aceh

Keindahan Panorama Aceh
Gelombang di Pantai Lhok nga